Euro 2024 – Pertemuan panas di Premier League antara Manchester City dan Liverpool di Anfield pada Minggu (1/12/2024) tidak hanya menjadi sorotan karena hasil pertandingan, tetapi juga karena momen kontroversial yang melibatkan Josep Guardiola dan sindiran pedas dari Jose Mourinho. Guardiola, yang dikenal sebagai salah satu pelatih paling sukses di dunia, mendapat kritik tajam dari Mourinho yang mempertanyakan integritas prestasinya.
Pertandingan antara Manchester City dan Liverpool berakhir dengan kemenangan 2-0 untuk tim tuan rumah. Dalam laga tersebut, Guardiola sempat menjadi target ejekan suporter Liverpool yang melantunkan chant bernada sarkastik bahwa sang pelatih asal Spanyol akan segera dipecat. Namun, Guardiola tidak tinggal diam menghadapi ejekan tersebut.
Sebagai balasan, Guardiola mengangkat kedua tangannya dan menunjukkan enam jarinya ke arah suporter Liverpool, merujuk pada enam gelar yang telah ia menangkan bersama Manchester City. Gestur tersebut sontak menjadi bahan pembicaraan di media dan menarik perhatian para penggemar sepak bola, termasuk rival lamanya, Jose Mourinho.
Aksi Guardiola Mengingatkan pada Mourinho
Gestur Guardiola memamerkan jumlah trofinya dianggap serupa dengan apa yang pernah dilakukan Jose Mourinho saat menukangi Manchester United. Ketika itu, Mourinho mengangkat tiga jarinya sebagai pengingat bahwa ia telah memenangkan treble bersama Inter Milan di masa lalu.
Ketika ditanya tentang kemiripan aksinya dengan Mourinho, Guardiola memberikan komentar yang menegaskan perbedaan jumlah trofi antara dirinya dan Mourinho. “Ia memenangkan tiga gelar, saya memenangkan enam. Tapi kami sama seperti itu,” ucap Guardiola, dengan nada membandingkan pencapaiannya yang lebih superior.
Mendengar komentar Guardiola, Jose Mourinho tidak tinggal diam. Sang pelatih asal Portugal memberikan tanggapan yang lebih pedas, tidak hanya menyinggung jumlah trofi, tetapi juga menyiratkan adanya ketidakjujuran di balik kemenangan Manchester City.
“Guardiola mengatakan sesuatu kepada saya kemarin. Ia memenangkan enam trofi dan saya memenangkan tiga trofi, tetapi saya menang dengan adil dan bersih,” ujar Mourinho seperti dikutip dari London Evening Standard.
Sindiran tersebut langsung mengarah pada isu hukum yang kerap membayangi Manchester City. Klub tersebut diketahui telah menghadapi berbagai tuduhan terkait pelanggaran aturan keuangan. Mourinho menggunakan kesempatan ini untuk menyinggung bahwa kesuksesan City mungkin tidak sepenuhnya diperoleh dengan cara yang sah.
“Jika saya kalah, saya ingin memberi selamat kepada lawan saya karena ia lebih baik dari saya. Saya tidak ingin menang dengan menghadapi 150 tuntutan hukum,” tambah Mourinho dengan nada sarkastik.
Perang Urat Saraf Dua Pelatih Elite
Jose Mourinho dan Josep Guardiola dikenal sebagai dua pelatih elite dengan rekam jejak panjang dalam persaingan mereka. Rivalitas mereka dimulai saat Mourinho menangani Real Madrid dan Guardiola memimpin Barcelona di La Liga. Sejak itu, hubungan mereka selalu diwarnai tensi tinggi baik di dalam maupun di luar lapangan.
Sindiran terbaru ini kembali memanaskan hubungan kedua pelatih tersebut. Guardiola, yang lebih fokus membanggakan pencapaiannya, tampaknya memicu Mourinho untuk kembali mengangkat isu lama mengenai keabsahan gelar-gelar yang dimenangkan City.
Manchester City telah lama berada di bawah sorotan karena tuduhan pelanggaran Financial Fair Play (FFP). Pada tahun-tahun sebelumnya, klub ini bahkan menghadapi ancaman larangan bermain di kompetisi Eropa sebelum akhirnya lolos dari hukuman setelah proses banding. Tuduhan ini sering menjadi bahan kritik dari para rival, termasuk Mourinho, yang memanfaatkan isu ini untuk menyerang kredibilitas City.
Komentar Mourinho menggambarkan bagaimana rivalitasnya dengan Guardiola telah berkembang dari sekadar persaingan taktik di lapangan menjadi perang argumen yang lebih luas tentang moralitas dan etika dalam sepak bola.
Reaksi Penggemar dan Media
Reaksi penggemar terhadap perseteruan ini cukup beragam. Banyak yang memuji Mourinho karena berani mengangkat isu etika dalam sepak bola, tetapi tidak sedikit juga yang menilai komentarnya sebagai bentuk rasa iri terhadap pencapaian Guardiola.
Media juga memperhatikan bahwa sindiran ini menunjukkan bagaimana kedua pelatih memiliki pendekatan berbeda dalam merespon tekanan. Guardiola cenderung membanggakan prestasinya, sementara Mourinho lebih suka menggunakan isu kontroversial untuk melemahkan lawannya.
Perseteruan antara Guardiola dan Mourinho kemungkinan tidak akan berhenti di sini. Dengan kompetisi yang semakin ketat di Premier League, momen-momen seperti ini hanya akan menambah bumbu dalam rivalitas mereka.
Bagi Guardiola, fokus utama tetap mempertahankan dominasi Manchester City di Inggris dan Eropa, sementara Mourinho akan terus berusaha menunjukkan bahwa pendekatannya dalam melatih lebih “bersih” dan adil.
Perang urat saraf antara Josep Guardiola dan Jose Mourinho kembali membuktikan bahwa rivalitas mereka adalah salah satu yang paling menarik dalam sejarah sepak bola modern. Di balik sindiran dan komentar pedas, keduanya tetap menunjukkan bahwa sepak bola adalah panggung di mana emosi, strategi, dan ego berperan besar.
Namun, pada akhirnya, yang paling penting adalah bagaimana mereka mampu menginspirasi para penggemar dengan pencapaian mereka, baik di dalam maupun di luar lapangan. Rivalitas seperti ini, meskipun kontroversial, adalah bagian dari daya tarik olahraga yang kita semua cintai.